Wacana koalisi partai Islam kembali mencuat saat Yusril Ihza Mahendra Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) melakukan pertemuan dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Menurut Direktur Dialektika Institute, Muhammad Khutub dalam diskusi yang bertajuk “Menakar Masa Depan Partai Politik Islam di Pemilu 2024” Minggu 25 April 2021, mengemukakan bahwa “Koalisi parpol Islam bisa berhasil, jika ada figur kuat yang bisa menyatukan dan bisa dijual untuk kepentingan 2024. Kalau masing-masing masih berkutat pada ego sektoral saja agak sulit parpol Islam bisa berbicara banyak di 2024.”
Sementara itu, Yasin Mohammad, Direktur Lembaga Survei Independen Nusantara (LSin) mengatakan, “Partai Islam saat ini seperti kehilangan relevansi saat mau melakukan klaim partai Islam, karena toh di partai-partai lain yang notabene nasionalis banyak merekrut tokoh-tokoh Islam dan membuat kantong-kantong gerakan Islam”.
“Kalau melihat dari penyaluran aspirasi pemilih, bisa dilihat dari dua kacamata yaitu subjektivitas dan objektivitas. Faktor agama ini masuk kategori subjektifitas dan bisa terpinggirkan karena banyak para pemilih melihat politik tidak berkorelasi dengan sikap keagamaan seseorang” tambah Anang Walian, Pengamat Sosial UIN Palembang,
Mustatho’, Dosen STAIN Sangatta Kaltim mengatakan, “partai Islam hanya menggunakan label Islam saja secara asas, tapi Islam seperti apa yang dipresepsikan masih kurang jelas. maka menurut saya, seharusnya di Indonesia ini yang masyarakatnya plural tidak boleh lagi ada polarisasi partai dilihat dari sisi asas atau ideologinya, semuanya harus dilihat dari visinya dalam membangun bangsa”.